
Jejak Raja Thailand di Curug Dago: Simbol Persahabatan 75 Tahun Indonesia–Thailand
03 Jun 2025
Curug Dago, air terjun yang mengalir deras yang terletak di Kota Bandung menjadi salah satu destinasi wisata alam di Kota Bandung. Bukan sekadar destinasi wisata alam, Curug Dago merupakan saksi bisu kunjungan kerajaan Thailand yang terjadi lebih dari seabad lalu—sebuah jejak diplomasi budaya yang kini semakin mempererat hubungan antara Indonesia dan Thailand selama 75 tahun terakhir.
Jejak Sang Raja
Pada Tahun 1896, Curug Dago dikunjungi Raja Chulalongkorn atau Rama V dari Kerajaan Thailand. Di dinding tebing dekat air terjun, terdapat dua prasasti batu yang diukir menggunakan aksara Thailand. Prasasti ini menjadi bukti kunjungan sang raja, sekaligus penanda hubungan awal antara dua bangsa di Asia Tenggara.
Sejak saat itu, Curug Dago memiliki nilai historis dan simbolik yang kuat, tidak hanya bagi masyarakat lokal, tetapi juga bagi rakyat Thailand. Tak heran jika setiap tahun, situs ini menjadi tujuan wisata budaya dan spiritual.
Tempat Wisata dan Ibadah
Curug Dago tak hanya menjadi tempat pelesir bagi pencinta alam, tapi juga dimaknai sebagai lokasi kontemplasi dan ibadah. Banyak wisatawan dari Thailand yang datang untuk mengenang leluhurnya, melakukan ritual kecil, atau sekadar merenung di depan aliran air terjun yang deras namun menenangkan.
Nia Septiana (27) salah satu wisatawan asal Jawa Tengah yang berkunjung ke Curug Dago:
“Saya baru tahu ternyata tempat ini punya nilai sejarah internasional dan saya senang bisa wisata ke Curug Dago udaranya sejuk dan menenangkan, cocok untuk healing,” ujar Nia.
Kolaborasi Antarbangsa dalam Pelestarian Curug Dago
Dalam rangka memperingati 75 tahun hubungan diplomatik antara Indonesia dan Thailand, kedua negara mengambil langkah nyata untuk memperkuat kerja sama di bidang budaya dan sejarah. Salah satu inisiatif strategis yang menonjol adalah pelestarian situs bersejarah Curug Dago di Bandung, yang menjadi saksi bisu kunjungan Raja Chulalongkorn (Rama V) dan Raja Prajadhipok (Rama VII) dari Kerajaan Thailand pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20.
Kolaborasi antara Kedutaan Besar Kerajaan Thailand di Jakarta dengan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia, program revitalisasi Curug Dago. Program ini tidak hanya bertujuan menjaga kelestarian fisik situs sejarah, tetapi juga merevitalisasi nilai-nilai edukatif dan diplomatik yang terkandung di dalamnya.
Langkah-langkah konkret dilakukan secara bertahap dan terencana. Di antaranya adalah perbaikan akses menuju lokasi air terjun, termasuk pembangunan jalur pejalan kaki yang lebih aman dan ramah lingkungan. Prasasti batu bertuliskan aksara Thai yang menjadi ikon sejarah Curug Dago kini telah dilengkapi dengan papan informasi berbahasa Indonesia, Inggris, dan Thai untuk memudahkan pemahaman pengunjung dari berbagai latar belakang.
Selain itu, dibangun pula fasilitas pendukung seperti gazebo, serta ruang ibadah kecil yang mencerminkan inklusivitas dan kenyamanan bagi pengunjung dari berbagai agama. Penataan ulang dilakukan dengan memperhatikan aspek konservasi alam, sehingga fungsi edukasi dan wisata dapat berjalan selaras tanpa merusak lingkungan sekitar.
Inisiatif ini menjadi bukti bahwa kerja sama antarbangsa tidak hanya terbatas pada bidang ekonomi dan politik, tetapi juga mampu menyentuh warisan sejarah dan budaya bersama. Revitalisasi Curug Dago menjadi simbol nyata semangat persahabatan Indonesia–Thailand yang terus tumbuh, serta komitmen kedua negara dalam merawat memori kolektif yang menghubungkan masa lalu, masa kini, dan masa depan.
Peran Swasta untuk Kenyamanan Wisatawan
Upaya pelestarian dan pengembangan Curug Dago tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah semata. Dukungan juga datang dari sektor swasta, yang menunjukkan kepedulian terhadap nilai sejarah dan potensi wisata alam kawasan ini. Salah satu kontribusi signifikan datang dari PTTEP Indonesia, perusahaan minyak dan gas asal Thailand, yang turut berperan dalam menciptakan pengalaman wisata yang lebih aman, nyaman, dan ramah lingkungan bagi para pengunjung.
Sebagai bagian dari program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) yang berfokus pada pelestarian lingkungan dan peningkatan infrastruktur pariwisata berkelanjutan, PTTEP Indonesia membangun tangga akses baru yang menghubungkan jalur utama dengan lokasi air terjun Curug Dago. Tangga tersebut memungkinkan pengunjung menuruni tebing menuju air terjun dengan lebih aman, tanpa menyebabkan kerusakan pada vegetasi alami yang tumbuh di sekitarnya.
Sebelumnya, akses menuju Curug Dago cukup sulit dilalui, terutama saat musim hujan, karena jalur setapak yang licin dan minim fasilitas keselamatan. Kondisi ini sering menjadi keluhan wisatawan dan juga menyulitkan petugas taman dalam kegiatan pengawasan dan pemeliharaan kawasan.
Dicky, salah satu pengelola dari Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda sekaligus Pengendali Ekosistem Hutan (PEH), menyampaikan apresiasinya terhadap pembangunan tangga ini.
“Saya senang dengan adanya fasilitas baru, karena sebelumnya akses ke curug rusak dan cukup berbahaya untuk dilewati. Sekarang dengan tangga yang baru, akses naik turun jadi lebih nyaman dan aman. Selain lebih enak untuk dilalui, tampilannya juga bagus dan menyatu dengan alam. Harapan saya, ke depannya fasilitas ini bisa terus dipelihara agar manfaatnya tetap dirasakan oleh banyak orang.”
Kontribusi dari sektor swasta seperti ini menjadi contoh nyata bahwa pelestarian situs sejarah dan wisata alam bisa dilakukan secara kolaboratif. Tidak hanya memperhatikan aspek konservasi lingkungan, tetapi juga meningkatkan nilai tambah kawasan wisata bagi masyarakat lokal dan pengunjung dari berbagai daerah, bahkan mancanegara.
Dengan sinergi antara pemerintah, swasta, dan masyarakat, Curug Dago memiliki peluang besar untuk tumbuh menjadi destinasi wisata sejarah dan alam yang berkelas, tanpa kehilangan identitas budaya dan keasrian lingkungannya.
Menjaga Warisan Bersama
Curug Dago bukan hanya wisata alam namun juga menyimpan sejarah. Hal ini mengingatkan kita bahwa hubungan internasional tak selalu dibangun lewat meja diplomasi—tetapi juga lewat jejak langkah, prasasti, dan alam yang menyatu dalam sejarah panjang kedua negara.
Sebagaimana air Curug Dago yang terus mengalir tanpa henti, begitu pula persahabatan Indonesia dan Thailand yang kian mengalir deras dari generasi ke generasi.